“Menulis
itu sederhananya berkelana dengan imajinasi.
Di sana ada rasa. Agar rasa itu lezat maka masakannya harus punya bumbu komplet. Belum lagi cara meramu dan mencampur bumbu. Belum lagi memasaknya dalam satu wadah.
Lalu terakhir cara menghidangkannya agar penikmat masakan puas.
Di sana ada rasa. Agar rasa itu lezat maka masakannya harus punya bumbu komplet. Belum lagi cara meramu dan mencampur bumbu. Belum lagi memasaknya dalam satu wadah.
Lalu terakhir cara menghidangkannya agar penikmat masakan puas.
Dari
mana memulainya agar tulisan punya karakter kuat? Tulis saja apa yang
melintas dikepalamu. Jangan pedulikan orang lain akan suka atau
tidak.
Apa
syarat utama bisa menulis? Gak ada syarat. Semua orang bisa menulis.
Tinggal kebiasaan saja. Tentu kebiasaan itu harus diisi dengan banyakmembaca buku.
Satu
lagi, jika dipikiranmu sedang melintas ide, jangan tunda esok. Segera
tulis”
(
Birgaldo Sinaga, seorang activis politik dan juga penulis )
Saya
setuju dengan pendapat singkat, dan padat diatas. Karena jika kita
baca scara meluas di internet dan juga segudang buku, dapatlah kita
simpulkan bahwa ini inti dasarnya.
Tetapi
, banyak sekali penceramah dan penulis buku tentang “menulis”
sering lupa bahwa, menuliskan sesuatu itu sungguhlah gampang jika
penulis telah bisa dan sanggup menentukan sebuah thema utama yang dia
ingin tulis dan selanjutnya memperdalam ilmu tentang thema tersebut.
Contohnya
Birgaldo Sinaga sendiri, telah menulis buku dengan judul Mengapa Aku
Membela Ahok. Isi buku ini adalah semua catatannya tentang sepak
terjang Gubernur Bapak Basuki Tjahaya Purnama di dunia politik
Indonesia dan sebagai Gubernur kota Jakarta yang benar-benar
me-Legend dan fenomenaal, yang di kenal dan terkenal dengan nama
panggilan Pak Ahok. Thema utamanya adalah tentang Pak Ahok, dan
selanjutnya tinggal mempelajari, memperdalam dan mengikuti jejak Pak
Ahok dengan mendengarkan pendapat ,pandangan dan membaca buku-buku
tentang politik, artikel , berita koran offline dan online yang
akurat yang mempunyai kaitan secara langsung maupun tidak langsung
tentang beliau. Jika informasi tentang beliu telah cukup di kuasai, dengan gampang Birgaldo Sinaga meraciknya mencjadi sebuah catatan, dan dari catatan mennjadi sebuah buku.
Hal
ini akan jelas berbeda dengan seseorang seperti saya yang tidak
punya, atau punya kesulitan mendapatkan, sebuah thema (topik)
tertentu. Mendapatkan ide menulis fiksi atau puisi
akan jelas tidak semudah menulis resep walau sungguh aku
kurang senang hehe. Rasa dan curahan hati juga sepertinya tidaklah
gampang-gampang amat, karena kita mesti benar-benar mengalaminya atau
merasakannnya, dan menulis rasa lara seperti juga lebih gampang
daripada menulis rasa suka. Menulis tentang perassan tak ada buku
bacaan yang bisa dijadikan sebagai sumber untuk memperdalamnya
bukan..?
Jadi
menurutku menulis itu gampang atau susah tergantung apa yag ingin
kita tulis..
#endamsaja