Inilah Alasan mengapa Orang Belanda dianggap pelit di Mata Orang Asing


Inilah Alasan mengapa Orang Belanda dianggap pelit di Mata Orang Asing
Selain bahwa Belanda pernah menjajah Indonesia dan segala keunikan Negeri kincir angin ini, juga dikenal dengan sifat atau sikapnya yang dianggap pelit oleh bangsa dan negara lain. Terutama Orang Indonesia yang baru datang, atau baru mengenal orang Belanda akan terkejut berat dengan “kehematan” penghuni negeri Ini.

Ada pun beberapa alasan mengapa orang belanda hemat adalah karena :

Going Dutch

Pernah nggak dengar orang sebut-sebut Going Dutch, yang sesungguhnya maksudnya adalah bayar masing-masing, ketika makan bersama di restoran atau ngopi bersama di Warung Kopi ?

Jauh sebelum mengenel Belanda lebih dalam, ketika masih remaja ting-ting, saya dan teman – teman dari Karo sering yang kami sebut namanya tek-tek-an...maksudnya adalah bayar masing-masing. Kecuali jika seseorang yang ngajak mau traktir...jadi sesungguhnya Going Dutch bukanlah sesuatu yang asing. Kalaupun saya berjalan dengan keluarga caranya hampir sama, biasanya keluargaku tidak mau membebani satu orang saja walau seseorang tersebut yang paling memadai penghasilannya. Kecuali jika dia mau traktir dia bakalan bilang langsung..”nderbih denga ku tiga rimota artinya, baru jual jeruk kemarin”.

Kalau dipikir-pikir , Going Dutch sesungguhnya benar-benar positif, karena kita tidak akan dibebani rasa keterpaksaan men-traktir orang lain. Penghasilan yang memadai bukan berarti mesti wajib membayar bukan ? Dan kita juga pasti ada kebutuhan lain bukan? Jujur sajalah bahwa kita kadang merasa menyesal setelah membayar, karena enggan bahkan takut dikatakan pelit, atau kikir. Takut dibilang macam-macam, tetapi sesungguhnya jauh dilubuk hati sering kurang rela. Diam-diam kita menyesal karena teman-teman yang kita bayar menikmati makanan yang kita sendiri pikir-pikir dulu karena harganya mahal. 

Sering kita akhirnya merasa sakit di dompet karena sesungguhnya masih ada utang atau kebutuhan lain. Tetapi karena sudah menjadi tradisi, maka kita melakukannya. Kita sering bilang bag-bagi rejeki, tetapi dalam hati kita malah ngumpet...berdosa bukan ? Jadi apa guna mentraktir teman kalau hanya menambah dosa…? Rejeki malah berkurang, karena adanya ketidakjujuran...Inilah asalan “implisit' mengapa orang Belanda suka dengan Bayar Masing-masing. 
 
Sejanjutnya orang Belanda berpikir jika membayar demi persahabatan ini berarti kita membeli persahabatan bukan ? Dimata orang Belanda kita bergaul dengan seseorang bukan karena duit tapi karena bisa saling mengisi dan yang mereka sebut “klik', cara berpikir yang cocok dan seimbang. Dan yang perlu juga dicatat bahwa jika anda membayar mereka, satu-dua kali masih OK..itupun hanya secangkir kopi, jika yg ketiga kali juga anda mendahului membayar, ada kemungkinan mereka kan menghindari kita, karena mereka berpikir kita membeli mereka dan orang Belanda tidak suka itu.

Untuk orang-orang, dari suku bangsa mana saja yang datang ke Belanda, cara bergaul Going Dutch adalah sesuatu yang amat sulit diterima. Tradisi siapa mampu dia yang bayar yang telah melekat amatlah sulit di ubah, dan juga bayar apa yang kamu makan juga tak akan mungkin berubah.

Een koekje bij de koffie atau sebuah biskuit dengan kopi.
 
Jika kamu diundang oleh tetangga atau kenalan baik untuk 'ngopi bareng' di rumahnya, maka akan di sajikan kopi disertai sebuah biskuit, atau 3-5 buah biskuit dalam satu piring kecil, atau tuan rumah menawarkan biskuit dengan kalengnya, kemudian menyimpannya kembali setelah kita mengambil satu biskuit (sekarang sudah berkurang; terutama jika mereka tahu anda adalah orang asing dengan kebiasaan yah waaah...kalau menerima tamu). Dan sebaliknya mereka akan tetap bertanya jika mereka masih menginginkan biskuit kedua saat berkunjung ”ngopi bareng”di rumah kita walau kita telah mengatakan bahwa mereka boleh makan sebanyak yang mereka mau.


Alasan mengapa Orang Belanda dianggap peit di mata orang Asing
image; google

Alasan mereka tentunya masuk akal (menurutku), karena mereka tidak rakus, dan hingga besok juga mereka masih bisa menikmatinya. Dan lagi pula mereka masih ada orang lain, anak, suami/istri yang juga ingin menikmatinya. Kopi/teh dan biskuit adalah pasangan seiring sejalan di Belanda. Minum kopi atau teh bersama adalah kebiasaan rutine sehari-hari. Pagi hari mereka akan minum kopi dan sore hari minum teh dan jika anak baru pulang sekolah atau pulang kerja sore hari, mereka akan disambut oleh orangtua dengan menyajikan kopi/teh bersama sebuah biskuit.

Prinsip bahwa nilai dan harga uang harus sebanding.
Belanda tidak mengabiskan uang membeli barang dengan alasan hanya karena suka. Kalaupun ada yang dibutuhkan ,maka mereka akan lebih dahulu mengadakan “penelitian” tanya sana-sani dan bandingkan perbedaan harga dengan kapasitas. Karenanya ada majalah yang mereka sebut “Consumenten Gids”. Mereka selalu berpikir bahwa tidak perlu mengeluarkan uang dengan tidak wajar dan sepantasnya. Kualitas yang bagus tidak perlu selalu mahal.

Udah ya, panjang amat ceritanya...

image; google

                                                       ***********************