Surat Cintaku buat Sosok Misteri

Surat Pada Seseorang yang Tak Akan Pernah Aku Kenal.
srikatana.blogspot.com

Surat pada seseorang yang tak akan pernah aku kenal.

Ini ceritaku untukmu…,

Pagi itu, seiring udara sejuk di bulan Oktober, di Rome 2016, kami bertiga melangkah dengan dengan tenang setelah menikmati sarapan pagi ala Italia.
Perhitungan waktu disesuaikan sedemikan rupa hingga masih ada waktu ngopi antar chek-in dan boarding. 
 
Nyatanya kita berencana tetapi kadang lain yang kita terima.
 
 Seharusnya pagi ini, pukul 10.00 pagi, pesawat yang kami tumpangi Easy Jet, mestinya sudah lepas landas, tetapi yang kami dengar adalah bahwa ada sedikit kerusakan teknis dan mesti nunggu hingga jam 12.00 siang. Waktu berlalu hingga menjelang pukul 14.00 siang masing-masing penumpang menerima kartu belanja sebanyak, kalau tidak salah 16 Euro, cukup beli sepotong roti dan segelas minuman siang dan di umumkan bahwa pesawat akan berangkat pada pukul 17.00 sore hari. Lapar dan capek mulai berpadu menjadi satu.

Saat dan waktu berlalu...shopping centre Airport telah kami kelilingi berkali -kali dan juga bagian lain airport. AirPort ini adalah airport yang paling rame manusianya sejauh yang aku ingat..tak ada satu pojokpun yang kosong. Manusia yang lalulalang ditambah screen televisi berisi reklame yang sama berjam-jam membuat kita bisa jadi gila.

Menjelang pukul 19.00 malam, kami mendapat kabar bahwa pesawat tidak jadi berangkat hari ini, tetapi besok pagi, dengan demikian kami harus melapor ke Helpdesk Easy Jet, yang letaknya jauuuuh dari tempat kami menunggu boarding. 
 
Pukul 19.30, diumumkan kami akan dibawa ke Hotel terdekat dan segala biaya ditanggung oleh Easy Jet. Menunggu adalah saat yang paling membosankan, hingga menjelang pukul 22.00 malam kami dibawa ke Hotel Hilton. Lapar dan capek...(syukur aku masih punya sedikir makanan untuk mengganjal perut)

Nyatanya tidak hanya haus, lapar dan capek rasanya kesulitan kami pada hari ini belum sempurna, bahwa aku kehilangan Tas tangan. Semua karena seingatku aku melekkkannya pada dinding benteng airport ketika berphoto bersama anakku, dan lupa mengambilnya.

Bisa kamu bayangkan betapa besarnya kemarahan suami terhadapku malam itu? Semua kekesalannya sejak dari pagi kini ditumpahkan semua padaku. Diam dan berdoa mengaku kesahan kepada Tuhan , hanya itu yang aku perbuat.
 
Walau dalam hatiku amat sangat sedih. mengingat isi tasku rasanya dada teriris-iris. Entah mengapa semua barang-barang berhargaku (nilainya ; bukan nominalnya) aku masukkan dalam tas tanganku yang biasanya kukenakan sendiri..mengingat ; cincin pertunangan, cicin kawin, cicin hadiah perkawainan dari ibuku, gelang hadiah suami atas kelahiran putriku. 
 
Dadaku terasa sesak sekali...mengingat cincin pertunangan membuatku merasa melemparkan suamiku begitu saja dari hidupku dan itu amat menyesakkan dadaku. 
Sejumlah uang dan beberapa kartu kurang penting termasuk Credit Card, tak jadi persoalan utama di benakku.
 
Aku memutuskan untuk kembali secepatnya ke Airport setelah cekin,  sekedar melaporkan diri di hotel. Suami tidak punya uang kontan dan saya juga tidak kecuali 10 Euro. Dengan bantuan super taxi yang ramah dan baik hati, saya di drop pada lokasi terakhir. Dan membimbing suamiku mencari Money Mechine untuk membayarnya.

Tanpa rasa malu dan segan, semua bak sampah di lokasi terakhir aku bongkar pelan-pelan dengan iringan tetesan air mata yang dari tadi aku tahan, dengan harapan bahwa jika isinya telah lenyap, saya berharap tasnya dibuang ke sampah dan itupun aku akan bermakna.

Dengan rasa putus asa, aku mencoba bertanya kepada cleaning service yang sudah dan sedang bekerja sebelum kami meninggalkan lokasi 1 jam yang lalu. Aku masih mengingat wajahnya. Kami hanya bisa menggunakan bahasa isyarat, dan pada akhirnya aku mengerti bahwa aku mesti ke resepionis. Pada saat yang sama suamiku telah mengikutiku dari belakang, dan secepatnya ke resepsionis.

Puji Tuhan resepsionis nyatanya telah mengetahui masalahnya dan bahkan beliau telah menelepon ke Hotel Hilton , bahwa mereka menemukan sebuah tas, yag diduga pemiliknya adalah penumpang Easy Jet yang beristirahat di hotel tersebut.

Hatiku amat sangat terkejut ketika resepsionis minta agar kami mengikuti dia ke Security Office. Bayangkan kami melalui gate pengaman khusus, dan di tunggu oleh sejumlah security dengan seragam lengkapnya mereka yang kelihatan berbeda dengan security yang jalan-jalan keliling airport. Melihat wajahku yang amat stress...resepsionis bilang dont worry madam..dont worry...dan pergi setelah menyerahkan kami ke security.

Kami disambut ramah oleh sejumlah mereka, dan pimpinannya mengambil alih situasi menerangkan semua padaku. Semua barang dan isi dompet telah mereka lekakkan diatas meja dengan rapi. Termasuk kertas coret-coret, dia membandingkan wajahku dan suami dengan photo yang ada dalam dompetku. Aku berusaha menahan tangis dan jeritan. Dengan tenang dia menunjukkan semua barang sambil bertanya apakah ada yang kurang, atau ada yang bertambah dari segala isi tasku. Dengan tenang dia mempersilakan untuk mengambilnya kembali.
Rasa terimakasihku tiada tara kepadaNya yang telah mengirim seseorang untuk tidak mengambil isi tasku, tetapi menyerahkannya kepada security, atau melaporkannya kepada security.

Tetapi hingga kapanpun juga aku tak akan pernah berterimakasih kepadamu, seseorang. Dan izinkanlah aku menyebutmu Malaikat Penolong.

Sejumlah pelajaran bagiku sejak kejadian malam ini jika berpergian adalah :

jangan menempatkan segala barang berharga (bernilai) pada satu tempat bila perlu tinggalkan saja di rumah atau pada keluarga yang dipercaya. Simpan sejumlah uang dalam tas yang berbeda-beda. Simpan photo copy ticket dan semua kartu nama. Simpan telepon nomor keluarga tujuan atau yang ditinggalkan dalam bentuk tulisan (catatan manual).

Yang paling penting adalah; stay alert walau secapek apapun anda..