Ini
ceritaku untukmu…,
Pagi
itu, seiring udara sejuk di bulan Oktober, di Rome 2016, kami bertiga
melangkah dengan dengan tenang setelah menikmati sarapan pagi ala
Italia.
Perhitungan
waktu disesuaikan sedemikan rupa hingga masih ada waktu ngopi antar
chek-in dan boarding.
Seharusnya pagi ini, pukul 10.00 pagi, pesawat yang kami
tumpangi Easy Jet, mestinya sudah lepas landas, tetapi yang kami
dengar adalah bahwa ada sedikit kerusakan teknis dan mesti nunggu
hingga jam 12.00 siang. Waktu berlalu hingga menjelang pukul 14.00
siang masing-masing penumpang menerima kartu belanja sebanyak, kalau
tidak salah 16 Euro, cukup beli sepotong roti dan segelas minuman
siang dan di umumkan bahwa pesawat akan berangkat pada pukul 17.00
sore hari. Lapar dan capek mulai berpadu menjadi satu.
Saat
dan waktu berlalu...shopping centre Airport telah kami kelilingi
berkali -kali dan juga bagian lain airport. AirPort ini adalah
airport yang paling rame manusianya sejauh yang aku ingat..tak ada
satu pojokpun yang kosong. Manusia yang lalulalang ditambah screen
televisi berisi reklame yang sama berjam-jam membuat kita bisa jadi
gila.
Menjelang
pukul 19.00 malam, kami mendapat kabar bahwa pesawat tidak jadi
berangkat hari ini, tetapi besok pagi, dengan demikian kami harus
melapor ke Helpdesk Easy Jet, yang letaknya jauuuuh dari tempat kami
menunggu boarding.
Pukul 19.30, diumumkan kami akan dibawa ke Hotel
terdekat dan segala biaya ditanggung oleh Easy Jet. Menunggu adalah
saat yang paling membosankan, hingga menjelang pukul 22.00 malam kami
dibawa ke Hotel Hilton. Lapar dan capek...(syukur aku masih punya
sedikir makanan untuk mengganjal perut)
Nyatanya
tidak hanya haus, lapar dan capek rasanya kesulitan kami pada hari
ini belum sempurna, bahwa aku kehilangan Tas tangan. Semua karena seingatku aku melekkkannya pada dinding benteng airport ketika berphoto bersama anakku, dan lupa mengambilnya.
Bisa
kamu bayangkan betapa besarnya kemarahan suami terhadapku malam itu?
Semua kekesalannya sejak dari pagi kini ditumpahkan semua padaku.
Diam dan berdoa mengaku kesahan kepada Tuhan , hanya itu yang aku perbuat.
Walau dalam hatiku
amat sangat sedih. mengingat isi tasku rasanya dada teriris-iris.
Entah mengapa semua barang-barang berhargaku (nilainya ; bukan
nominalnya) aku masukkan dalam tas tanganku yang biasanya kukenakan
sendiri..mengingat ; cincin pertunangan, cicin kawin, cicin hadiah
perkawainan dari ibuku, gelang hadiah suami atas kelahiran putriku.
Dadaku terasa sesak sekali...mengingat cincin pertunangan membuatku
merasa melemparkan suamiku begitu saja dari hidupku dan itu amat
menyesakkan dadaku.
Sejumlah uang dan beberapa kartu kurang penting
termasuk Credit Card, tak jadi persoalan utama di benakku.
Aku
memutuskan untuk kembali secepatnya ke Airport setelah cekin, sekedar
melaporkan diri di hotel. Suami tidak punya uang kontan dan saya juga
tidak kecuali 10 Euro. Dengan bantuan super taxi yang ramah dan baik
hati, saya di drop pada lokasi terakhir. Dan membimbing suamiku
mencari Money Mechine untuk membayarnya.
Tanpa
rasa malu dan segan, semua bak sampah di lokasi terakhir aku bongkar
pelan-pelan dengan iringan tetesan air mata yang dari tadi aku tahan,
dengan harapan bahwa jika isinya telah lenyap, saya berharap tasnya
dibuang ke sampah dan itupun aku akan bermakna.
Dengan
rasa putus asa, aku mencoba bertanya kepada cleaning service
yang sudah dan sedang bekerja sebelum kami meninggalkan lokasi 1 jam
yang lalu. Aku masih mengingat wajahnya. Kami hanya bisa menggunakan
bahasa isyarat, dan pada akhirnya aku mengerti bahwa aku mesti ke
resepionis. Pada saat yang sama suamiku telah mengikutiku dari
belakang, dan secepatnya ke resepsionis.
Puji
Tuhan resepsionis nyatanya telah mengetahui masalahnya dan bahkan
beliau telah menelepon ke Hotel Hilton , bahwa mereka menemukan
sebuah tas, yag diduga pemiliknya adalah penumpang Easy Jet yang
beristirahat di hotel tersebut.
Hatiku
amat sangat terkejut ketika resepsionis minta agar kami mengikuti dia
ke Security Office. Bayangkan kami melalui gate pengaman khusus, dan
di tunggu oleh sejumlah security dengan seragam lengkapnya mereka
yang kelihatan berbeda dengan security yang jalan-jalan keliling
airport. Melihat wajahku yang amat stress...resepsionis bilang dont
worry madam..dont worry...dan pergi setelah menyerahkan kami ke
security.
Kami
disambut ramah oleh sejumlah mereka, dan pimpinannya mengambil alih
situasi menerangkan semua padaku. Semua barang dan isi dompet telah
mereka lekakkan diatas meja dengan rapi. Termasuk kertas coret-coret,
dia membandingkan wajahku dan suami dengan photo yang ada dalam
dompetku. Aku berusaha menahan tangis dan jeritan. Dengan tenang dia
menunjukkan semua barang sambil bertanya apakah ada yang kurang, atau
ada yang bertambah dari segala isi tasku. Dengan tenang dia
mempersilakan untuk mengambilnya kembali.
Rasa
terimakasihku tiada tara kepadaNya yang telah mengirim seseorang
untuk tidak mengambil isi tasku, tetapi menyerahkannya kepada
security, atau melaporkannya kepada security.
Tetapi
hingga kapanpun juga aku tak akan pernah berterimakasih kepadamu,
seseorang. Dan izinkanlah aku menyebutmu Malaikat Penolong.
Sejumlah
pelajaran bagiku sejak kejadian malam ini jika berpergian adalah :
jangan
menempatkan segala barang berharga (bernilai) pada satu tempat bila
perlu tinggalkan saja di rumah atau pada keluarga yang dipercaya.
Simpan sejumlah uang dalam tas yang berbeda-beda. Simpan photo copy
ticket dan semua kartu nama. Simpan telepon
nomor keluarga tujuan atau yang ditinggalkan dalam bentuk tulisan
(catatan manual).
Yang
paling penting adalah; stay alert walau secapek apapun anda..